HUBUNGAN INDUSTRIALISASI DENGAN
KEMISKINAN
Industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang mengubah
sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi
masyarakat industri. Industrialisasi
juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana masyarakat berfokus pada
ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam (spesialisasi), gaji, dan
penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi adalah bagian dari proses modernisasi dimana
perubahan sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi.
Dalam Industrialisasi ada perubahan filosofi manusia
dimana manusia mengubah pandangan lingkungan sosialnya menjadi lebih kepada
rasionalitas (tindakan didasarkan atas pertimbangan, efisiensi, dan perhitungan,
tidak lagi mengacu kepada moral, emosi, kebiasaan atau tradisi). Menurut para
peniliti ada faktor yang menjadi acuan modernisasi industri dan pengembangan
perusahaan. Mulai dari lingkungan politik dan hukum yang menguntungkan untuk dunia
industri dan perdagangan,
bisa juga dengan sumber
daya alam yang beragam dan melimpah, dan juga sumber daya
manusia yang cenderung rendahbiaya,
memiliki kemampuan dan bisa beradaptasi dengan pekerjaannya.
Negara pertama yang melakukan industrialisasi adalah
Inggris ketika terjadi revolusi industri pada
abad ke 18.
Pada akhir abad ke 20, Negara di Asia Timur telah
menjadi bagian dunia yang paling banyak melakukan industrialisasi.
Deskripsi Industrialisasi
Menurut klasifikasi Jean Fourastie, sebuah ekonomi terdiri
dari 3 bagian. Bagian pertama terdiri dari produksi komoditas (pertanian, peternakan, ekploitasi
sumber daya mineral). Bagian kedua proses produksi barang untuk dijual dan
bagian ketiga sebagai industri layanan. Proses Industrialisasi didasarkan pada
perluasan bagian kedua yang kegiatan ekonominya didominasi oleh kegiatan bagian
pertama.
Revolusi Industri pertama terjadi pada pertengahan abad
ke 18 sampai awal abad ke 19 di daerah Eropa Barat, Amerika Utara, dimulai
pertama kali di Inggris. Revolusi Industri kedua terjadi pada pertengahan abad
ke 19 setelah penemuan mesin uap, listrik, mesin
pembakaran dalam (tenaga fosil) dan pembangunan kanal kanal,
rel kereta api sampai ke tiang listrik.
Dampak
Sosial dan Lingkungan
1. Urbanisasi
Terpusatnya tenaga kerja pada pabrik – pabrik di suatu daerah,
sehingga daerah tersebut berkembang menjadi kota besar.
2. Eksploitasi tenaga kerja
Pekerja harus
meninggalkan keluarga agar bisa bekerja dimana industri itu berada.
3. Perubahan pada struktur keluarga
Perubahan struktur sosial berdasarkan pada pola pra
industrialisasi dimana suatu keluarga besar cenderung menetap di suatu daerah.
Setelah industrialisasi keluarga biasanya berpindah pindah tempat dan hanya
terdiri dari keluarga inti (orang tua dan anak – anak). Keluarga dan anak –
anak yang memasuki kedewasaan akan semakin aktif berpindah pindah sesuai tempat
dimana pekerjaan itu berada.
4. Lingkungan hidup
Industrialisasi menimbulkan banyak masalah penyakit.
Mulai polusi
udara, air, dan suara, masalah kemiskinan, alat alat
berbahaya, kekurangan gizi. Masalah kesehatan di Negara industri disebabkan
oleh faktor ekonomi, sosial politik, budaya dan juga pathogen. (mikroorganisme
penyebab penyakit)
Industrialisasi
di Indonesia
Industrialisasi di Indonesia semakin
menurun semenjak krisis
ekonomi tahun 1998. Kemunduran ini bukanlah berarti Indonesia
tidak memiliki modal untuk melakukaninvestasi pada
industri dalam negeri, tetapi lebih kepada penyerapan barang hasil produksi
industri dalam negeri. Membuka pasar dalam negeri adalah kunci penting bagi
industri Indonesia untuk bisa bangkit lagi karena saat ini pasar Indonesia
dikuasai oleh produk produk asing.
Faktor-faktor pembangkit Industri Indonesia
1. Struktur organisasi
Dilakukan inovasi dalam jaringan institusi pemerintah dan swasta yang melakukanimpor. Sebagai pihak yang membawa,mengubah,
mengembangkan dan menyebarluaskan teknologi.
2.
Ideologi
Perlu sikap dalam
menentukan pilihan untuk mengembangkan suatu teknologi apakah menganut
tecno-nasionalism,techno-globalism, atau techno-hybrids.
3.
Kepemimpinan
Pemimpin dan elit
politik Indonesia harus tegas dan cermat dalam mengambil keputusan. Hal ini
dimaksudkan untuk mengembalikan kepercayaan pasar dalam negeri maupun luar
negeri.
Faktor penghambat Industri Indonesia:
Faktor-faktor yang
menjadi penghambat industri di Indonesia meliputi:
1.
Keterbatasan
teknologi
Kurangnya perluasan
dan penelitian dalam bidang teknologi menghambat efektifitas dan kemampuan
produksi.
2.
Kualitas
sumber daya manusia
Terbatasnya tenaga profesional di
Indonesia menjadi penghambat untuk mendapatkan dan mengoperasikan alat alat
dengan teknologi terbaru.
3.
Keterbatasan
dana pemerintah
Terbatasnya dana
pengembangan teknologi oleh pemerintah untuk mengembangkan infrastruktur dalam
bidang riset dan teknologi
Dampak Industrialisasi
di Indonesia
Teknologi
memungkinkan negara tropis seperti Indonesia untuk memanfaatkan kekayaan hutan
untuk meningkatkan devisa negara
dan pembangunan infrastruktur. Hilangnya hutan di Indonesia berarti hilang juga
tanaman - tanaman yang memiliki khasiat sebagaiobat dan juga fauna langka yang hidup di ekosistem
hutan tersebut.
Dibalik kesuksesan
Indonesia dalam pembangunan sebenarnya ada kemerosotan dalam cadangan sumber
daya alam dan peningkatan pencemaran lingkungan. Pada kota kota yang sedang
berkembang seperti Gresik, Medan, Jakarta, Surabaya, Bandung,
Lhoksumawe, bahkan hampir seluruh kota kota di pulau Jawa sudah mengalami
peningkatan suhu udara, Walaupun daerah tersebut tidak pesat perkembangan
industrinya.
Pencemaran dapat
diklasifikasikan dalam bermacam-macam bentuk menurut pola pengelompokannya.
mengelompokkan pecemaran atas dasar:
1.
Bahan
pencemar yang menghasilkan bentuk pencemaran biologis, kimiawi, fisik,
dan budaya.
2.
Pengelompokan
menurut medium lingkungan menghasilkan bentuk pencemaran udara, air, tanah,
makanan, dan sosial.
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah
ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari
segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah
yang telah mapan, dll.
Kemiskinan dipahami
dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
·
Gambaran
kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangansehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam
arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
·
Gambaran
tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan
ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan
sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah
politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi. Gambaran kemiskinan
jenis ini lebih mudah diatasi daripada dua gambaran yang lainnya.
·
Gambaran
tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang
memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi
bagian-bagian politik danekonomi di seluruh dunia. Gambaran tentang ini dapat
diatasi dengan mencari objek penghasilan di luar profesi secara halal. Perkecualian
apabila institusi tempatnya bekerja melarang.
Mengukur kemiskinan
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut danKemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu
pada satu set standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat
/ negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi
yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira
2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).
Bank
Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg
pendapatan dibawahUSD $1/hari dan Kemiskinan
menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari, dg batasan ini maka
diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $1/hari
dan 2,7 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $2/hari."Proporsi
penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari
28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001. Melihat pada periode 1981-2001, persentase
dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah
berkurang separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun
waktu tersebut.
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada
bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju,
kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma yang
berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota dan ghettoyang miskin. Kemiskinan dapat
dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang
miskin, dan dalam pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap
miskin. Untuk menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut
sebagai negara
berkembang.
Diskusi tentang
kemiskinan
·
Dalam sebuah lingkungan belajar, terutama murid yang
lebih kecil yang berasal dari keluarga miskin, kebutuhan dasar mereka seperti
yang dijelaskan olehAbraham
Maslow dalam hirarki kebutuhan Maslow;
kebutuhan ini beralih ke kemiskinan pada umumnya, yaitu efek Matthew.
Perdebatan yang berhubungan dalam keadaan capital manusia dan capital individualseseorang cenderung untuk
memfokuskan kepada akses capital instructional dan capital social yang tersedia hanya bagi
mereka yang terdidik dalam sistem formal.
Deklarasi Copenhagen menjelaskan kemiskinan absolut sebagai "sebuah
kondisi yang dicirikan dengan kekurangan parah kebutuhan dasar manusia,
termasuk makanan, air minum yang aman,
fasilitas sanitasi, kesehatan, rumah,
pendidikan, dan informasi."
Bank Dunia menggambarkan
"sangat miskin" sebagai orang yang hidup dengan pendapatan kurang
dari PPP$1 per hari, dan "miskin" dengan pendapatan
kurang dariPPP$2 per hari. Berdasarkan standar tersebut, 21% dari
penduduk dunia berada dalam keadaan "sangat miskin", dan lebih dari
setengah penduduk dunia masih disebut "miskin", pada 2001.
Penyebab kemiskinan
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
·
penyebab individual, atau patologis, yang melihat
kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si
miskin. Contoh dari perilaku dan pilihan adalah penggunaan keuangan tidak
mengukur pemasukan.
·
penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan
pendidikan keluarga. Penyebab keluarga juga dapat berupa jumlah anggota
keluarga yang tidak sebanding dengan pemasukan keuangan keluarga.
·
penyebab sub-budaya (subcultural), yang
menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau
dijalankan dalam lingkungan sekitar. Individu atau keluarga yang mudah tergoda
dengan keadaan tetangga adalah contohnya.
·
penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat
dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari
aksi orang lain lainnya adalah gaji atau honor yang dikendalikan oleh orang
atau pihak lain. Contoh lainnya adalah perbudakan.
·
penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa
kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai
akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara
terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang
diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana
bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.
Menghilangkan
kemiskinan
Tanggapan utama terhadap kemiskinan adalah:
·
Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada
orang miskin. Ini telah menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak
zaman pertengahan. Di Indonesia salah satunya berbentuk BLT.
·
Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan
yang dijalankan untuk mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan,
termasuk hukuman, pendidikan, kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
·
Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan
secara langsung kepada orang miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan
untuk orang yang dikategorikan sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti
orang tua atau orang dengan ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang
miskin, seperti kebutuhan akan perawatan
kesehatan. Persiapan bagi yang lemah juga dapat berupa pemberian
pelatihan sehingga nanti yang bersangkutan dapat membuka usaha secara mandiri.
Hubungan
Industrialisasi dengan Kemiskinan Di Indonesia
Di Indonesia, Tulus Tambunan (2001, h-108) mencatat adanya proses industrialisasi dimulai dari tahun 1969 dan berhasil mengangkat tingkat pendapatan per kapita di atas US$ 1.000 per tahun dengan tingkat pertumbuhan ekonomi 7% pada saat penduduk 200 jutaan. Namun saat tulisan ini dibuat, keadaan menurun jauh, hingga diperkirakan income perkapita hanya 650 US$ dengan pertumbuhan ekonomi di bawah 4% dan jumlah penduduk hampir 210 juta. Yudo Swasono mencatat bahwa setelah krisis ekonomi yang terjadi pada periode 1982-1986, pada waktu itu pertumbuhan hanya 5%.
Selanjutnya dengan proses industrialisasi pertumbuhan meningkat dan berhasil recovery (pulih kembali), hingga tumbuh tahun 1989 ialah 7,5%, tahun 1991 mencapai 6,6% dan pada akhir Repelita X, atau akhir Pembangunan Jangka Panjang II akan tumbuh dengan rata-rata 8,7%. (Muhammad Thoyib, 1995, h-4). Namun perkiraan ini meleset jauh, sebab mulai 1997 terjadi krisis moneter yang berlanjut hingga riset ini ditulis, ternyata kondisi itu masih belum pulih.
Industrialisasi yang berkembang di era sekarang ini menyedot begitu banyak tenaga kerja. Hal ini telah merubah alur pendistribusian tenaga kerja dari sektor non industri menuju sektor industri. Hal ini juga berdampak pada pendapatan yang diperoleh oleh tenaga kerja tersebut. Dengan kata lain secara tidak langsung industrialisasi telah mempengaruhi tingkat kemiskinan.
Namun ternyata perekonomian Indonesia masih sangat tegantung pada sumber daya alam (pertanian, hasil hutan, perkebunan, pariwisata, pertambangan, dan sebagainya). Di pihak lain, tingkat pendapatan masyarakat umumnya masih rendah. Oleh karena itu, tingkat kesejahteraan (dan usaha penanggulangan kemiskinan) Indonesia menjadi sangat dipengaruhi oleh perubahan kualitas lingkungan.
Tabel 1. Matriks Ketergantungan Ekonomi terhadap SDA
dan LH dengan Tingkat Pendapatan
Pendapatan Tinggi/
|
Pendapatan Rendah/
|
|
High Income
|
Low Income
|
|
Ketergantungan ekonomi terhadap SDA dan LH tinggi/High economic dependence on natural resources and the
environment
|
Dampak kerusakan terhadap kesejahteraan sedang (misalnya: New
Zealand)/Medium level of negative impact on prosperity (e.g. New Zealand)
|
Dampak kerusakan terhadap kesejahteraan tinggi (misalnya:
Indonesia)/ High level of negative impact on prosperity (e.g.
Indonesia)
|
Ketergantungan ekonomi terhadap SDA dan LH rendah/Low economic dependence on natural resources and the environment
|
Dampak kerusakan terhadap kesejahteraan rendah (misalnya: Singapore)/ Low level of negative impact on prosperity (e.g Singapore)
|
Dampak kerusakan terhadap kesejahteraan sedang/Medium level of negative impact on prosperity
|
Di samping itu, kita
perlu pula memperhatikan kepekaan perubahan kualitas lingkungan terhadap
masyarakat dengan tingkat kehidupan tertentu dalam satu komunitas tertentu.
Umumnya karena daya beli yang lebih kuat (karena itu mempunyai pilihan yang
lebih luas) dan informasi yang lebih lengkap, maka mereka yang berpendapatan
tinggi lebih tidak peka terhadap kualitas lingkungan yang menurun. Pada kasus
di mana kualitas lingkungan udara telah tercemar, mereka yang berpendapatan
tinggi lebih mudah untuk pindah ke lokasi lain dengan kualitas udara lebih
baik, sedangkan mereka yang berpendapatan rendah akan terjebak dalam lingkungan
tercemar tersebut.
Bila ditinjau lebih mendalam, terlihat ada hubungan
yang saling mempengaruhi antara industrialisasi, kemiskinan dan sumber daya
alam. Industrialisasi mempengaruhi kemiskinan melalui tingkat pendapatan yang
diberikan sektor industri. Kemiskinan mempengaruhi tinggkat penggunaan
sumberdaya alam dan proses konservasi sumber daya alam serta lingkungan hidup.
Sumber daya alam merupakan sebagai bahan baku dalam Industrialisasi . Hubungan
ini terlihat pada diagram berikut.
Selain itu industrialisasi memberikan dampak pula pada tingkat
kesehatan yang mempengaruhi jumlah natalitas dan mortalitas penduduk. Dengan
kata lain industrialisasi juga mempengaruhi jumlah penduduk sehingga membentuk
hubungan sesuai diagram berikut.
Dengan berkembangnya jumlah penduduk, perekonomian harus lebih banyak
menyediakan barang dan jasa yang merupakan hasil dari industrialisasi.
Peningkatan produksi barang dan jasa menuntut lebih banyak produksi barang SDA
yang harus digali dan semakin menipisnya SDA dan akhirnya pencemaran lingkungan
semakin meningkat.
Ada hubungan yang positif antara jumlah dan kuantitas barang sumberdaya
dan pertumbuhan ekonomi, tetapi sebaliknya ada hubungan negatif antara
pertumbuhan ekonomi dan tersedianya sumberdaya alam yang ada di dalam bumi. Di
samping itu dengan pembangunan ekonomi yang cepat yang dibarengi dengan
pembangunan pabrik sebagai bentuk industrialisasi akan meningkatkan pencemaran
lingkungan.
Peningkatan pencemaran lingkungan akan mempersempit lapangan kerja
sehingga menimbulkan pengangguran dan berujung pada persoalan kemiskinan.
Hubungan itu terus berlangsung dengan pola saling mempengaruhi satu sama
lainnya dimana untuk memperbaiki salah satu diantaranya maka harus memperbaiki
keseluruhan bagian. Misalnya dalam penanganan pembrantasan kemiskinan maka permasalahan
industrialisasi dan sumber daya alam juga harus menjadi fokus penanganan dalam
proses tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar